Jakarta, CNBC Indonesia - Di tengah kenaikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), ada deretan saham yang berhasil melonjak hampir 100% dan ada pula yang anjlok mendekati 30%.
Ambil contoh, saham emiten bidang aktivitas konsultasi manajemen, proyek infrastruktur, dan pertambangan PT Dana Brata Luhur Tbk (TEBE) menjadi pemuncak top gainers dalam sepekan usai mencatatkan reli kenaikan selama 4 hari beruntun.
Kemudian, ada juga saham emiten produsen furnitur rumah dan kantor PT Cahaya Bintang Medan Tbk (CBMF)--yang tergolong saham 'tidur'--berhasil melejit dalam 3 hari terakhir dalam perdagangan minggu ini.
Berbeda, saham emiten pendatang baru yang bergerak di bisnis eksportir minyak kelapa PT Indo Oil Perkasa Tbk (OILS) malah anjlok dalam bersama emiten perbankan PT Bank J Trust Indonesia Tbk (BCIC), yang terkena batas auto rejection bawah (ARB) selama sepekan atau 14 kali selama sebulan terakhir.
Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), selama periode 13-17 September 2021, IHSG naik 0,63% ke posisi 6.133,25. Nilai transaksi sepekan tercatat mencapai Rp 62,92 triliun dan asing melakukan beli bersih (net buy) sebesar Rp 1,68 triliun di pasar reguler dan jual bersih (net sell) Rp 200,55 miliar di pasar negosiasi dan pasar tunai.
Berikut daftar saham top gainers dan top losers dalam sepekan (13-17 September 2021).
Top Gainers
Nama |
Kode |
Harga Minggu Lalu |
Harga Minggu Ini |
Perubahan (%) |
Dana Brata Luhur |
TEBE |
398 |
775 |
94.72 |
Asuransi Maximus Graha Persada |
ASMI |
252 |
426 |
69.05 |
Cahaya Bintang Medan |
CBMF |
51 |
85 |
66.67 |
Maha Properti Indonesia |
MPRO |
500 |
800 |
60.00 |
Sriwahana Adityakarta |
SWAT |
76 |
121 |
59.21 |
Global Sukses Solusi |
RUNS |
334 |
530 |
58.68 |
Top Losers
Nama |
Kode |
Harga Minggu Lalu |
Harga Minggu Ini |
Perubahan (%) |
Indo Oil Perkasa |
OILS |
610 |
432 |
-29.18 |
KDB Tifa Finance |
TIFA |
960 |
680 |
-29.17 |
Reliance Sekuritas Indonesia |
RELI |
610 |
434 |
-28.85 |
Bank Jtrust Indonesia |
BCIC |
334 |
238 |
-28.74 |
Boston Furniture Industries |
SOFA |
50 |
38 |
-24.00 |
IDeA Indonesia Akademi |
IDEA |
169 |
129 |
-23.67 |
Sumber: Bursa Efek Indonesia (BEI)
Saham TEBE menduduki peringkat pertama dengan 'terbang' 94,72% ke posisi Rp 775/saham, setelah melejit selama 4 hari berturut-turut. Sebelum melejit, rerata nilai transaksi saham TEBE terbilang mini, di rentang belasan hingga puluhan juta rupiah. Sementara, dalam 3 hari terakhir, nilai transaksi naik di kisaran Rp 3-5 miliar.
Kenaikan harga saham TEBE yang signifikan selama sepekan tampaknya lebih didorong oleh aksi borong investor ritel, lantaran minim sentimen untuk saham ini dalam minggu ini.
Sebagai informasi, TEBE berdiri pada 2008 dan memiliki ruang lingkup kegiatan terutama meliputi bidang aktivitas konsultasi manajemen termasuk penyertaan dalam proyek dan/atau perusahaan infrastruktur, perdagangan besar, konstruksi dan industri pengolahan.
Bersama TEBE, saham CBMF berhasil melejit 66,67% dalam sepekan. Seperti yang telah disebutkan di atas, saham ini termasuk saham 'tidur' alias tidak likuid karena jarang sekali beraktivitas di bursa.
Dalam sebulan terakhir saham CBMF stagnan sebanyak 12 kali. Nilai transaksi saham pun melonjak dari sebelumnya puluhan juta rupiah menjadi Rp 7-27 miliar dalam 3 hari terakhir.
Saham 'Penghuni Baru' dan Eks Bank Century Kena ARB Berjilid-Jilid
Sementara, saham OILS ambles 29,18% dalam sepekan. Saham ini sudah anjlok selama 6 hari beruntun, dengan 5 di antaranya menyentuh batas ARB 7%.
Rentetan pelemahan tersebut terjadi usai saham OILS mencatatkan kenaikan hingga batas auto rejection atas (ARA) 25% selama 4 hari berturut-turut pasca-debut pertama kali pada Senin (6/9/2021) minggu lalu.
Dalam penawaran umum (initial public offering/IPO), OILS menawarkan sebanyak 150 juta saham baru atau setara 33% dari modal disetor dengan harga pelaksanaan Rp 270 per saham, sehingga, dari IPO ini, perseroan meraih dana sebesar Rp 40,50 miliar.
Rencananya, dana yang diperoleh perseroan dari hasil IPO tersebut akan digunakan untuk pembiayaan modal kerja pembelian bahan baku produksi.
Selanjutnya, saham BCIC yang 'terjun bebas' 28,74% ke posisi Rp 238/saham dalam sepekan.
Saham eks Bank Century dan Bank Mutiara ini memang tertimpa nasib sial, setelah setahun lebih saham ini tak ditransaksikan pelaku pasar, dalam sebulan terakhir malah terkena ARB berjilid-jilid. Saham ini tercatat hanya menghijau 3 kali dalam sebulan, sementara sisanya memerah dengan 14 kali terkena ARB.
Berdasarkan penelusuran Tim Riset CNBC Indonesia dari data Bursa Efek Indonesia (BEI), sejak awal tahun 2020 saham BCIC sangat jarang ditransaksikan. Harga sahamnya mentok di Rp 450/unit.
Tahun lalu untuk pertama kalinya saham ini ditransaksikan pada 27 Juli 2020. Itu pun volumenya sangat kecil hanya 3 lot saja (300 saham). Setelah itu saham BCIC kembali sepi tak ada transaksi sama sekali.
Barulah tanggal 22 Juli 2021, ada transaksi sebanyak 1,58 juta saham ini. Pascakejadian tersebut saham BCIC longsor.
Masuk bulan Agustus saham ini naik pesat dari sebelumnya dibanderol di Rp 498/unit.
Hanya dalam kurun waktu 1 minggu sahamnya sempat menyentuh level tertinggi intraday di Rp 1.205/unit. Nahas, setelah itu harga saham BCIC kembali 'dibanting'.
Penurunan harga saham BCIC terjadi di tengah rencana bank bermodal cekak ini untuk menambah modal dengan skema hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue sebanyak-banyaknya 4,54 miliar saham.
Mengacu prospektus yang dipublikasikan manajemen BCIC saham baru yang diterbitkan tersebut merupakan saham seri C yang setara dengan 45,40% dari jumlah saham yang ditempatkan dan disetor penuh dalam perusahaan.
BCIC menetapkan nilai nominal rights issue tersebut Rp 100 per saham dengan harga pelaksanaan Rp 330 per saham. Dengan demikian, dari rights issue dari eks Bank Century ini bakal meraup dana sebesar Rp 1,50 triliun.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
(adf/adf)
Jawara Sepekan! Ada Saham Meroket 95%, Ada yang ARB 14 Kali - CNBC Indonesia
Read More
No comments:
Post a Comment