Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ambrol nyaris 1% ke 6.090,93 pada perdagangan Rabu kemarin. Meski demikian, investor asing masih melakukan aksi beli bersih senilai Rp 181 miliar, dengan nilai transaksi mencapai Rp 12 triliun.
Pada perdagangan hari ini, Kamis (2/9/2021), ada risiko penurunan IHSG lebih lanjut, melihat sentimen pelaku pasar yang kurang bagus. Hal tersebut tercermin dari pergerakan bursa saham Amerika Serikat (Wall Street) yang bervariasi pada perdagangan Rabu waktu setempat.
Tanda-tanda pelambatan ekonomi global sudah mulai terlihat dari data aktivitas manufaktur di berbagai negara yang melambat di bulan Agustus.
Caixin kemarin melaporkan aktivitas manufaktur China yang dilihat dari purchasing managers' index (PMI) sebesar 49,2, alias mengalami kontraksi (di bawah 50) untuk pertama kalinya sejak Maret 2020. Sehari sebelumnya, pemerintah China melaporkan sektor manufakturnya masih berekspansi (di atas 50), tetapi sangat tipis dengan angka indeks 50,1 melambat dari bulan sebelumnya 50,4.
Hal yang sama juga terjadi di berbagai negara seperti Australia, dan beberapa negara Eropa.
Untuk Indonesia, IHS Markit melaporkan PMI manufaktur Indonesia masih mengalami kontraksi di bulan Agustus, meski membaik dari bulan sebelumnya. Angka PMI bulan Agustus dilaporkan sebesar 43,7 dari sebelumnya 40,1.
Selain pelambatan ekonomi, munculnya virus corona varian Mu kini mulai menjadi perhatian.
Menurut WHO, virus corona Mu berpeluang untuk bisa lolos dari kekebalan tubuh jika sebelumnya pernah terinfeksi maupun divaksinasi. Varian ini pertama kali ditemukan di Colombia. Namun saat ini sudah menyebar ke setidaknya 39 negara.
Meski fundamental saat ini kurang mendukung, tetapi secara teknikal IHSG masih berpeluang menguat. IHSG masih berada di atas rerata pergerakan 50 hari (moving average 50/MA 50) di kisaran 6.060 hingga 6.070.
Artinya, IHSG kembali ke atas MA 50, 100, dan 200, yang membuka peluang penguatan.
Grafik: IHSG Harian
Foto: Refinitiv |
Selain itu, IHSG juga didukung pola pola White Marubozu. Suatu candle stick dikatakan membentuk pola White Marubozu ketika harga open sama dengan low dan close sama dengan high.
White Marubozu merupakan sinyal nilai suatu aset akan kembali menguat, secara psikologis menunjukkan aksi beli mendominasi pasar. Pola ini muncul pada 23 Agustus lalu, dan muncul lagi kemarin.
Resisten terdekat berada di kisaran ke 6.115, jika ditembus IHSG berpeluang menguat ke Rp 6.150. Resisten selanjutnya berada di kisaran 6.180.
Sementara support terdekat berada di kisaran 6.070 hingga 6.060 yang merupakan MA 50. Jika ditembus, IHSG berisiko merosot ke 6.030 hingga 6.020, kisaran MA 100 dan 200.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
(pap/pap)
Covid Varian Mu Menebar Ancaman, Begini Kira-kira Nasib IHSG - CNBC Indonesia
Read More
No comments:
Post a Comment