Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan domestik ditutup tak kompak kemarin, Kamis (02/09/2021). Rupiah menguat, yield SUN acuan cenderung flat, sementara pasar saham masih terkoreksi.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatatkan penurunan sebesar 0,21% dibanding perdagangan sehari sebelumnya. Indeks turun 12,7 poin ke 6.078,23. Pada perdagangan kemarin 210 saham tercatat menguat, 277 turun dan 160 stagnan.
Nilai transaksi cenderung relatif sepi karena tak mencapai Rp 10 triliun. Investor asing pun kali ini mencatatkan aksi jual dengan net foreign sell mencapai Rp 112,85 miliar di pasar regular.
Saham emiten telekomunikasi pelat merah yakni TLKM menjadi yang paling diburu dengan asing beli bersih sebesar Rp 46,4 miliar. Saham TLKM berhasil menguat 0,9% pada perdagangan kemarin.
Kemudian saham yang paling banyak dilego asing adalah saham perbankan. Di posisi pertama ada saham bank yang dimiliki Gojek yakni ARTO dan kedua adalah saham bank BUMN yakni BBRI.
Asing mencatatkan aksi net sell di ARTO sebesar Rp 67,8 miliar dan membuat saham bank digital ini ambruk 3,1%. Asing juga melego saham BBRI sebesar Rp 58,8 miliar dan harga sahamnya melemah 0,51%.
Beralih ke pasar obligasi domestik, imbal hasil (yield) SUN tenor 10 tahun pemerintah Indonesia cenderung flat dan ditutup di 6,1%. Bisa dibilang meski ada isu tapering, yield SUN 10 tahun justru turun karena sekarang sudah dekat ke level akhir tahun lalu yang ditutup di bawah 6%.
Secara harian harga obligasi pemerintah dengan kupon tetap seperti FR0087, FR0088 dan FR0083 cenderung melemah. Hanya FR0086 yang menjadi acuan tenor 5 tahun yang mengalami apresiasi meskipun sangatlah minim.
Tren penurunan yield obligasi akhir-akhir ini mengindikasikan bahwa harga instrumen pendapatan tetap tersebut mengalami kenaikan karena diminati oleh investor. Hal ini jelas terlihat dari lelang SUN terakhir yang mencatatkan penawaran masuk hingga lebih dari Rp 115 triliun menjadi yang tertinggi sepanjang tahun ini.
Nilai tukar rupiah juga tercatat mengalami penguatan terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Namun penguatan rupiah tipis saja karena hanya 0,1%. Di pasar spot rupiah masih dibanderol di bawah Rp 14.300/US$. Penguatan rupiah juga didukung dengan adanya inflow ke pasar keuangan domestik.
Di pasar saham saja dalam satu bulan terakhir tercatat ada inflow sebesar Rp 4,73 triliun. Kemudian di pasar SBN domestik yang dapat diperdagangkan, kepemilikan asing tercatat naik di sepanjang bulan Agustus lalu.
DJPPR melaporkan hingga akhir bulan lalu asing memiliki SBN dengan total Rp 980 triliun. Padahal di awal bulan hanya mencapai Rp 960 triliun. Artinya ada inflow sekitar Rp 14 triliun di SBN. Wajar saja kalau rupiah cenderung stabil bahkan menguat.
Ada Bau-bau Cuan di Market Hari ini, Gaes! - CNBC Indonesia
Read More
No comments:
Post a Comment