Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar obligasi pemerintah tampak begitu meriah. Kemarin investor lokal menyerbu Surat Utang Negara (SUN) yang diterbitkan oleh Direktorat Jendral Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan.
Lelang SUN hari ini merupakan lelang surat berharga pemerintah pertama di bulan Agustus tahun 2021.
Surat berharga yang dilelang kali ini meliputi seri SPN12211104 (reopening), SPN12220527 (reopening), FR0090 (reopening), FR0091 (reopening), FR0088 (reopening), FR0092 (reopening), dan FR0089 (reopening) melalui sistem lelang Bank Indonesia.
Pada lelang hari ini, jumlah yang dimenangkan oleh pemerintah sama seperti pada lelang SUN sebelumnya yang digelar pada 21 Juli lalu, yakni sebesar Rp 34 triliun atau lebih besar sedikit dari target indikatif yang ditetapkan sebesar Rp 33 triliun.
Adapun penawaran yang masuk (incoming bids) pada lelang hari ini kembali bertambah menjadi Rp 107,8 triliun, dari lelang sebelumnya pada 21 Juli lalu sebesar Rp 95,6 triliun. Hal ini menjadikan incoming bid pada lelang hari ini mencapai rekor tertinggi kedua sepanjang sejarah penerbitan SUN melalui lelang dan merupakan rekor tertinggi untuk lelang SUN tahun 2021.
SUN seri FR0091 bertenor 10 tahun masih diburu paling banyak oleh investor pada hari ini, yakni mencapai Rp 39,58 triliun atau sekitar 37% dari total incoming bids lelang hari ini. Sementara dari kepemilikannya, bid yang masuk pada hari ini masih didominasi oleh investor domestik dengan proporsi sebesar 88,4%.
Namun demikian, terdapat kenaikan partisipasi asing dari 7,6% di lelang sebelumnya menjadi 11,6% dari total bid yang masuk pada lelang hari ini.
Sedangkan dari Weighted Average Yield (WAY), pada lelang SUN hari ini terdapat penurunan WAY yang dimenangkan untuk seluruh seri obligasi negara yang ditawarkan sebesar 1-13 basis poin (bp) dibandingkan pada lelang sebelumnya. Penurunan WAY terbesar pada tenor 5 tahun yaitu mencapai 13 bp dibanding pada lelang sebelumnya.
Terdapat faktor utama yang mempengaruhi tingginya bid lelang pada hari ini, antara lain penurunan imbal hasil (yield) US Treasury 10 tahun yang mencapai level 1,15% dan tingginya likuiditas di pasar keuangan domestik. Selain itu, Bank Indonesia (BI) juga masih menahan suku bunga acuannya (BI7DRRR) di level 3,5% seiring dengan masih rendahnya tingkat inflasi domestik.
Investor juga merespons positif dari riset yang dikeluarkan oleh lembaga pemeringkat internasional, Moody's Investors Service yang memperkirakan bahwa imbal hasil (yield) surat utang pemerintah di Asia-Pasifik sudah jauh menurun dari level tertingginya.
Moody's memprediksi bahwa tingkat gagal bayar (default) perusahaan non-finansial periode 12 bulan, dengan imbal hasil (yield) tinggi di Asia-Pasifik akan turun menjadi 3,6% pada akhir 2021, dari sebelumnya sebesar 7,4% pada akhir 2020.
Oleh karena itu, atas dasar masih terus meningkatnya demand investor pada hari ini, maka pemerintah memutuskan untuk tetap menerima hasil lelang SUN.
Surat Utang RI Diborong Para 'Sultan', Bye Asing! - CNBC Indonesia
Read More
No comments:
Post a Comment