Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka di zona hijau. Namun sejam berselang, apresiasi IHSG terpangkas dan balik arah sehingga jatuh ke zona koreksi.
Walaupun koreksinya terbilang kecil karena hanya 0,01%. Tetap saja jika dihitung dari apresiasi sebelumnya yang mencapai 0,28% maka IHSG sudah kehilangan cukup banyak tenaga penguatan.
Pada pukul 10.00 WIB, IHSG hanya mondar-mandir di dekat level pembukaannya. Ini menunjukkan bahwa IHSG masih sangat rawan akan tekanan. IHSG kurang katalis positif.
Nilai transaksi yang tercatat hanya Rp 3,2 triliun. Asing juga tercatat mulai kembali berjualan. Saat ini posisi net sell asing mencapai Rp 1,5 miliar. Sangat kecil memang. Namun di awal-awal perdagangan asing sempat membukukan aksi beli bersih hingga belasan miliar.
Setelah melesat dalam beberapa hari terakhir, saham PT Astra International Tbk (ASII) ambles 2,71%. Saham ASII dilepas asing sebanyak hampir Rp 60 miliar. Saham big cap lain yang juga dilego asing adalah saham PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) yang turun 0,32% dan dilepas asing hampir Rp 25 miliar.
Koreksi pada saham-saham big cap tersebut cukup membebani kinerja indeks.
Beberapa bursa saham kawasan Asia juga bergerak di zona apresiasi. Hanya Shang Hai Composite yang mengalami pelemahan 0,22%. Dini hari tadi Wall Street ditutup dengan kinerja yang kurang ciamik.
Bursa saham Amerika Serikat (AS) berakhir variatif pada perdagangan Selasa (27/4/2021). Indeks Dow Jones Industrial Average naik hanya 3,36 poin (+0,1%) ke 33.984,93. Sebaliknya, S&P 500 surut 0,9 poin (-0,02%) ke 4.186,72 dan Nasdaq drop 48,6 poin (-0,34%) ke 14.090,22.
Sentimen yang membayangi bursa saham AS adalah rilis kinerja keuangan emitennya. Sejauh ini, 84% dari konstituen indeks S&P 500 yang telah merilis kinerja membukukan laba bersih yang melampaui estimasi pasar, sebagaimana direkam Factset.
Namun reli saham mereka cenderung biasa saja karena kenaikan laba itu sudah tercermin (priced in) di harga sekarang.
Pelaku pasar memantau rapat Komite Pasar Terbuka Federal (Federal Open Market Committee/FOMC) yang akan meramu kebijakan moneter terbarunya. Pasar memperkirakan tidak akan ada perubahan dalam kebijakan moneter.
Survei CNBC International berujung pada proyeksi suku bunga acuan tetap di level sekarang 0-0,25% dan program pembelian aset yang tetap sebesar US$ 120 miliar per bulan.
Namun, pasar menanti apakah nada komentar Ketua Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell akan berubah terkait dengan inflasi, yang akan mempengaruhi imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS.
Selain memantau kebijakan moneter AS, pelaku pasar juga mengkhawatirkan perkembangan kasus Covid-19 di beberapa negara, terutama di India.
Pada Selasa, negara dengan pasar terbesar kedua di Asia setelah China ini melaporkan 323.144 kasus infeksi baru, yang membuat total penderita virus corona ini mencapai lebih dari 17,6 juta orang. Ini merupakan rekor tertinggi baru dalam 5 hari berturut-turut.
[Gambas:Video CNBC]
(twg/twg)
IHSG Nasibmu! Ga Kuat Ngangkat, Saham-saham Dibanting Market - CNBC Indonesia
Read More
No comments:
Post a Comment